Barangkali kamu pernah mendengar ramainya berita mengenai bunga Edelweiss yang tidak boleh dipetik. Kalau di Indonesia, bunga yang memiliki bahasa latin Anaphalis javanica ini tumbuh di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Edelweiss yang mendapat julukan ‘Bunga Abadi’ ini pun memang tidak boleh dipetik dengan sembarangan.
Sebenarnya, larangan pemetikan bunga Edelweiss ini sudah lama diatur oleh hukum. Namun, ternyata masih banyak para pengunjung di gunung Bromo yang nekat memetik atau mengambil bunga satu ini.
Belum lama ini, ramai kritik yang ditujukan pada selebriti Tanah Air, Aurel Hermansyah yang membagikan foto dengan bunga Edelweiss saat mengunjungi Bromo. Rupanya diketahui bahwa bunga tersebut dibeli dari hasil budidaya.
Bunga Edelweiss sudah banyak dibudidayakan saat ini, termasuk di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Nah, agar tak asal kritik, yuk sebelumnya ketahui terlebih dahulu fakta-fakta di balik budidaya bunga Edelweiss di gunung Bromo berikut ini.
1. Melestarikan bunga Edelweiss
Budidaya Edelweiss dikembangkan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS). Hal ini dilakukan lantaran spesies bunga satu ini terancam punah. Kemudian budidaya ini juga dilakukan agar tak ada pengunjung atau pendaki yang memilih untuk mengambil dari kawasan taman nasional, melainkan dapat membeli dari hasil budidaya masyarakat setempat.
Dari budidaya itu, bunga Edelweiss dapat dilestarikan secara keberlanjutan. Kemudian, perkembangan keterampilan dan ekonomi masyarakat daerah setempat juga dirasakan banyak pihak. Selain itu, para pelancong yang datang bisa menikmati keindahan bunga Edelweiss tanpa harus melanggar hukum.
2. Lebih dari 1.500 bibit Edelweiss dibudidayakan
Program budidaya bunga Edelweiss salah satunya dilakukan oleh kelompok Pokdarwis Gunung Bromo Tengger. Mereka membangun area budidaya tanaman Edelweiss yang masih satu lokasi dengan rumah adat Tengger.
Lokasi area budidaya tersebut berada di lereng puncak Seruni Point, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Di sana, terdapat lebih dari 1.500 bibit Edelweiss yang dibudidayakan di area seluas setengah hektar. Bibit-bibit itu ditanam agar Edelweiss tetap terjaga kelestariannya.
3. Sarana edukasi dan hiburan
Tanaman Edelweiss merupakan bagian dari kearifan lokal warga Suku Tengger Bromo, terutama untuk jenis Anaphalis javanica yang keberadaannya mulai langka. Kehadiran area budidaya tanaman Edelweiss ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi para pelajar maupun masyarakat umum yang ingin belajar menanam Edelweiss sekaligus mengenal budaya Suku Tengger.
Itu dia beberapa fakta menarik di balik budidaya bunga Edelweiss yang mulai langka dan ditanam di sekitar kawasan Bromo. Jika kamu berkunjung ke desa di kawasan Bromo, kamu bisa membeli suvenir atau bunga tersebut. Di Desa Wisata Edelweiss, wisatawan bisa membeli suvenir Edelweiss yang dijual dalam bentuk gantungan kunci, boneka, kalung, dan masih banyak lagi. Harga yang dibanderol bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu.
Tertarik untuk membeli bunga Edelweiss dari hasil budidaya di kawasan Bromo? Hubungi kami untuk konsultasi!